Ciri-Ciri dan Reproduksi Tumbuhan Lumut – Tumbuhan lumut atau dengan nama biologi bryophyte adala jenis tumbuhan yang hidup pada permukaan batu, dinding, kayu, bakan tanah. Adapun tumbuhan lumut tumbuh subur di daerah yang basah, dengan tingkat kelembaban tinggi.
Lumut akan sangat menggangu terhadap kelancaran air yang berada di pipa air, atau apabila lumut tersebut menutupi tempat penampungan air, maka air yang mengalir menjadi tidak lancar dan tersendat. Namun, lumut bisa menjadi sangat bermanfaat bagi organisme lainnya.
Ciri-ciri Tumbuhan Lumut
Tumbuhan lumut memiliki banyak jenis dan bentuknya. Namun, berikut adalah beberapa ciri-ciri tumbuhan lumut secara umum.
- Umumnya berwarna hijau karena memiliki klorofil
- Merupakan tumbuhan autotrof dan berfotosintesis
- Berhabitat di tempat yang berkadar air, lembab dan bahkan tergenang air
- Hidup berkoloni. Pernahkan Anda melihat batu bata yang penu dengan lumut? Tumbuhan lumut membutuhkan satu sama lainnya untuk bisa melepaskan sporanya untuk membentuk lumut yang baru.
- Tidak memiliki jaringan xylem & floem
- Memiliki daun dan batang yang tidak bertambah lebarnya (hanya bertambah tinggi)
- Akar hanya berupa rizoid
- Ukuran sekitar 1 cm dan yang paling panjang bisa hingga 20cm
- Terdapat lapisan lilin pada permukaan bagian lumut agar air tidak dapat masuk dan mencegah penguapan yang berlebih
- Selulosa membentuk dinding sel
- Sel bersifat eukariotik
- Merupakan multiseluler
Reproduksi Tumbuhan Lumut
Reproduksi tumbuan lumut ada dua jenis, yaitu aseksual dan seksual.
- Reproduksi aseksual dengan cara membentuk spora setelah terjadi pembelaan meiosis sel induk spora, yang kemudian berubah menjadi gametofit. Reproduksi aseksual (vegetatif) memiliki protonema dari hasil kromosom haploid (n) di dalam sporangium yang kemudian menjadi gametofit tersebut.
- Reproduksi seksual Adapun berikut ini adalah bagaimana reproduksi tumbuhan lumut terjadi ketika ovum dan spermatozoid memfertilisasi hingga membentuk zigot. Zigot akan berkembang menjadi embrio yang kemudian menjadi sporofit dengan umur sekitar 3 hingga 6 bulan. Kromosom dari sporofit adalah diploid (2n).
Adapun tumbuhan lumut akan mengalami proses metagenesis (pergiliran keturunan) dengan siklus berikut ini.
- Spora yang memiliki kromosom haploid (n) akan menjadi kecamba apabila jatuh ke habitat yang sesuai, dimana sel-selnya akan membelah dengan cara mitosis. Tumbuhan kecambah lumut tersebut menjadi protonema yang memiliki haploid (n).
- Gametofit (jantan) dan haploid (betina) dihasilkan dari protonema.
- Ketika sudah dewasa maka anteridium (alat kelamin jantan) dan arkegonium (alat kelamin betina) akan terbentuk.
- Spermatozoid berkromosom haploid (n) dihasilkan dari anteridium dan ovum berkromosom haploid (n) dari arkegonoium. Kemotaksis (pergerakan spermatozoid menuju ovum) dirangsang oleh adanya protein dan zat gula yang diasilakn oleh ovum.
- Zigot berkromosom diploid (2n) diasilkan dari proses fertilisasi ovum yang dibantu spermatozoid
- Mitosis dalam pembelaan zigot akan berpengaruh pada pertumbuan embrio nantinya dengan berkromosom diploid (2n).
- Pembentukan sporogonium (2n) dihasilkan oleh sporofit pada kotak spora (sporangium).
- Sel induk berkromosom diploid (2n) terletak di sporangium yang kemudian akan mengalami meiosis dan terbentukla spora haploid (n).
Tumbuhan lumut akan mati secara alami apabila pada habitatnya sudah tidak mengandung air lagi alias kekeringan. Warna tumbuhan lumut akan berubah warna menjadi kekuningan atau kecoklatan sebelum akhirnya ia mati. Adapun ciri tumbuhan lumut yang suda mati berubah warna menjadi kehitaman.