Ilmu Pranata Mangsa

Ilmu Pranata Mangsa – Jauh sebelum adanya teknologi pertanian, ternyata nenek moyang kita dan orang – orang terdahulu sudah mengenal teknik penanggalan dalam bercocok tanam. Dengan teknik penanggalan tersebut akan melatih para petani dahulu untuk lebih peka / sensitif terhadap perubahan alam yang terjadi.

Ilmu Pranata Mangsa

Hasilnya pada masa tersebut cocok tanam yang dilakukan dapat lebih konsisten hasilnya dan memuaskan bagi para petani, tak heran kalau kitab Arjunawiwaha juga mengisahkan bagaimana majunya sektor pangan pada masa itu.

Sektor pangan tersebut menjadi salah satu pilar penopang jayanya kerajaan Majapahit, lantas seperti apa pranata mangsa itu? dan bagaimana orang jaman dahulu dapat membuat penanggalan yang akurat? padahal pada masa tersebut belum ada alat canggih seperti satelit dan alat pemantau cuaca atau weather station.

Pranata mangsa merupakan sebuah sistem penanggalan dengan menjadikan alam sebagai petunjuk tentang apa saja yang harus dilakukan petani selama masa penanaman. Dengan menggunakan sistem ini para petani akan dilatih kecermatan dan kepekaan indranya guna mengamati, merasakan dan membaca kondisi alam.

Ilmu ini memang mengharuskan seseorang memiliki indera yang tajam terhadap perubahan alam, sebagai contohnya petani harus peka terhadap kicau burung, desir angin, maupun cahaya matahari. Hal tersebut dapat dijadikan petunjuk bagi petani dalam menggunakan sistem penanggalan ini dan ini menjadi sebuah teknologi yang benar – benar brilian pada masa itu.

Dengan kalender pranata mangsa menunjukkan adanya hubungan antara biologi, kosmologi, klimatologi dan sosiologi pada masyarakat pedesaan, hal ini secara langsung membuat teknik akan mengharmoniskan antara manusia dengan alamnya.

Sama seperti dasar konsep ekologi dimana keberadaan manusia adalah bagian penting dalam sebuah ekosistem yang patut mengerti bagaimana alam, seperti apa kondisi alam, dan apa yang harus dilakukan.

Pranata mangsa juga mengenal siklus musim dalam satu tahun dimana dalam siklus tersebut ada 12 mangsa atau waktu yang simbolnya berbeda. Keduabelas mangsa tersebut antara lain adalah kasa (bintang sapi gumarah), karo (tagih), katelu (lumbung) dan sebagainya.

Nama mangsa tersebut dibuat berdasarkan karakter alam yang sedang terjadi, sebagai contohnya watak mangsa kasa yang berlangsung selama tanggal 22 Juni – 1 Agustus, pada masa tersebut alam mencirikan gugurnya dedaunan, mengeringnya kayu dan menetas telur serangga.

Hal ini menandakan para petani untuk segera membakar jeraminya dan mulai menanam palawija. Tentu kesan Unik, klasik dan antik kita rasakan ketika membaca pranata mangsa ini. Namun inilah yang menjadi faktor keberhasilan sektor pangan pada masa lampau.

Nyatanya pada zaman dahulu hanya dengan mengandalkan pranata mangsa, sektor pertanian kita pernah sangat maju yang dibuktikan oleh kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Kedua kerajaan tersebut merupakan bukti nyata betapa negeri ini pernah benar – benar berdaulat atas pangan berbasis pangan lokal yang tersedia dengan mengandalkan potensi lokal yang dimiliki.

Cerita kejayaan tersebut ditulis dalam kitab Arjunawiwaha dan prasasti Kamalagi yang bila kita cermati menggunakan pranata mangsa membuat tertata dan teraturnya sistem pertanaman kita pada masa lampau. Sistem pranata mangsa ini sangat efektif digunakan dalam pertanian mulai dari pengolahan lahan, penanaman, hingga terdengar kicauan burung yang memberi makan anaknya sebagai tanda waktu panen segera tiba.

Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa alam merupakan petunjuk dan sahabat petani, hal ini menambah kearifan lokal yang ada di negara kita pada masa lampau. Oleh karena itu kita harus bangga menjadi masayarakat bangsa Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like